Menyambut Hari Santri Nasional
Kalau tidak ada aral yang melintang, pada tanggal 22 Oktober 2015 akan diresmikan pertama kalinya sebagai Hari Santri Nasional. Dilihat dari kacamata masyarakat sekarang, mungkin status “santri” masih diabaikan. Namun, dalam tinta sejarah bangsa Indonesia, kaum “santri” ialah pejuang-pejuang garda terdepan dalam merebut kemerdekaan bangsa Indonesia selain Tentara Keamanan Rakyat (TKR/TNI). Sebab, dengan barisan Hizbullah dan Sabilillah-nya, kaum santri berhasil meredam serangan tentara penjajah, bahkan sanggup mengusirnya dari tanah air.
Dalam sejarah bangsa Indonesia, aneka macam kaum santri yang menjadi penggagas dalam menggerakkan masyarakat dalam mengusir penjajah. Diantaranya, Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Tjut Nyak Dien, RA. Kartini, Teuku Umar, Teuku Tjik Di Tiro, Sultan Ageng Tirtayasa, Bung Tomo, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahid Hasyim, H. Agus Salim, Jenderal Soedirman, Sultan Agung, Ki Hajar Dewantoro, Sultan Hasanuddin dan masih banyak lagi. Mereka semua ialah kaum santri yang pernah mengenyam pendidikan agama (madrasah) atau mengaji kepada seorang kyai di wilayahnya masing-masing maupun di pesantren.
Dengan semangat kesantrian dan ketulusan niat, kaum santri berjuang bersama masyarakat dalam mengusir penjajah dari tanah pertiwi. Sebagai bangsa Indonesia, kita patut berbangga mempunyai ribuan kaum santri yang telah berjasa bagi sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia. Lebih-lebih, sudah banyak kaum santri yang menawarkan sumbangsihnya bagi kemajuan bangsa Indonesia dari dulu hingga sekarang.
Perjuangan dan pengorbanan kaum santri dari dulu hingga kini sudah selayaknya mendapat apresiasi dari pemerintah dan bangsa Indonesia. Dengan mengakibatkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, menjadi salah satu bukti bahwa kaum santri benar-benar sangat berjasa bagi kemerdekaan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Mudah-mudahan, apresiasi itu menjadi pelecut bagi semangat juang kaum santri pada masa kini dalam membangun dan memajukan bangsa Indonesia. Kaum santri ialah kaum terdidik yang mempunyai bekal ilmu agama dan keahlian lainnya serta budpekerti yang mulia. Maka, sudah saatnya kaum santri bergandengan tangan dan merapatkan barisan dalam memajukan generasi muda bangsa sesuai dengan semangat Resolusi Jihad yang pernah dicetuskan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober 1945.
Wallahu A’lam
al-Faqier Ila Rahmati Rabbih
Saifurroyya
Kaliwungu Kota Santri
Dalam sejarah bangsa Indonesia, aneka macam kaum santri yang menjadi penggagas dalam menggerakkan masyarakat dalam mengusir penjajah. Diantaranya, Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Tjut Nyak Dien, RA. Kartini, Teuku Umar, Teuku Tjik Di Tiro, Sultan Ageng Tirtayasa, Bung Tomo, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahid Hasyim, H. Agus Salim, Jenderal Soedirman, Sultan Agung, Ki Hajar Dewantoro, Sultan Hasanuddin dan masih banyak lagi. Mereka semua ialah kaum santri yang pernah mengenyam pendidikan agama (madrasah) atau mengaji kepada seorang kyai di wilayahnya masing-masing maupun di pesantren.
Dengan semangat kesantrian dan ketulusan niat, kaum santri berjuang bersama masyarakat dalam mengusir penjajah dari tanah pertiwi. Sebagai bangsa Indonesia, kita patut berbangga mempunyai ribuan kaum santri yang telah berjasa bagi sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia. Lebih-lebih, sudah banyak kaum santri yang menawarkan sumbangsihnya bagi kemajuan bangsa Indonesia dari dulu hingga sekarang.
Perjuangan dan pengorbanan kaum santri dari dulu hingga kini sudah selayaknya mendapat apresiasi dari pemerintah dan bangsa Indonesia. Dengan mengakibatkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, menjadi salah satu bukti bahwa kaum santri benar-benar sangat berjasa bagi kemerdekaan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Mudah-mudahan, apresiasi itu menjadi pelecut bagi semangat juang kaum santri pada masa kini dalam membangun dan memajukan bangsa Indonesia. Kaum santri ialah kaum terdidik yang mempunyai bekal ilmu agama dan keahlian lainnya serta budpekerti yang mulia. Maka, sudah saatnya kaum santri bergandengan tangan dan merapatkan barisan dalam memajukan generasi muda bangsa sesuai dengan semangat Resolusi Jihad yang pernah dicetuskan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober 1945.
Wallahu A’lam
al-Faqier Ila Rahmati Rabbih
Saifurroyya
Kaliwungu Kota Santri
Comments
Post a Comment