Posts

Showing posts from November, 2015

Keistimewaan Kitab Taqrib

Image
Tidak ada yang menyangkal akan kemasyhuran kitab Taqrib ( al-Ghayatu wa at-Taqrib ), sebuah risalah kecil dalam disiplin ilmu fiqih, yang meskipun kitabnya tipis tapi berbobot. Nyaris semua Pondok Pesantren di Indonesia dalam desain kurikulum pembelajarannya menggunakan kitab Taqrib ini. Ia menjadi bahan dasar penguasaan ilmu fiqih untuk para santri. Banyaknya kitab-kitab fiqih terbaru yang dikarang Fuqaha (ahli fiqih) kontemporer belum sanggup menggeser penggunaan kitab produk sekitar kala ke-5 hijriyah tersebut. Menurut analisa KH. Azizi Hasbullah, penggagas Lembaga Bahtsul Masa’il PWNU Jawa Timur, bersama-sama banyak karya-karya pakar fiqih klasik sekurun dengan Taqrib yang ditulis dan beredar di aneka macam penjuru negeri muslim, baik yang tipis maupun yang tebal. Pada umumnya kitab-kitab fiqih klasik itu tidak banyak perbedaan baik pada sisi materi, sistematika pembagian belahan demi bab, pasal demi pasal, hingga pilihan redaksi kalimat yang digunakan. Meskipun begitu,

Doa Tasyakuran Haji

Image
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ . اَللهم رَبَّنَا تَقَبَّلْ مَنَاسِكَنَا وَاجْعَلْ حَجَّنَا حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيَنَا سَعْيًا مَشْكُوْرًا وَذَنْبَنَا ذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَاَعْمَلَنَا عَمَلًا صَالِحًا مَقْبُوْلًا وَتِجَارَتَنَا تِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا . يَاعَالِمَ مَا فِى الصُّدُوْرِ اَخْرِجْنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ اِلَى النُّوْرِ . اَللهم يَسِّرْلَنَا وَاَوْلَادَنَا وَاَهْلَنَا وَقَرَابَاتَنَا وَاِخْوَانَنَا وَلِمَنْ اَحْسَنَ اِلَيْنَا وَمَنْ جَاءَ فِى هٰذَا الْمَجْلِسِ زِيَارَةَ الْحَرَمَيْنِ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ . اَللهم بَارِكْ لَنَا فِى حَيَاتِنَا بَعْدَ الْحَجِّ وَاجْعَلْنَا مِنَ الصَّالِحِيْنَ . رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا . رَبَّنَا اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارَ . وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ ا

Doa Waliyullah

Image
Habib Ali Al-Jufri berziarah (sowan) kepada Ulama Mastur (tidak dikenal) yang tinggal di Syisyan (Chechnya). Ulama ini berjulukan Syaikh Dawud, salah seorang Mufti Mazhab Syafi'i yang merupakan guru dari ulama-ulama penting di negeri itu. Selama duduk dengan beliau, Syaikh Dawud selalu menundukkan kepalanya memandang ke arah bumi, hampir tidak sedikitpun mengangkat kepalanya. Ketika Habib Ali bertanya kepada beliau, “ Siapa lagi orang sholeh di tempat ini yang layak diziarahi? ”, dia menjawab, “ Semua orang di kota ini sholeh, kecuali aku ”. Habib Ali Al-Jufri dan Syaikh Dawud (Checnya) Diantara doa dia dikala duduk bersama Habib Ali : اَللهم اِنِّي اَعُوْذُ بِكَ اَنْ اَكُوْنَ عِنْدَ النَّاسِ مَلِيْحًا وَعِنْدَكَ قَبِيْحًا “ Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu, semoga saya tidak menjadi orang mulia di mata manusia, tetapi hina dalam pandangan-Mu. ” Berbeda dengan orang zaman sekarang, ingin menjadi mulia di mata insan saja sampai melalaikan mulia dalam pandangan A

Bala Tentara Hawa Nafsu

Image
Ketahuilah, bahwa bahwasanya fatwa agama terbagi menjadi dua bagian. Pertama yakni menjauhi maksiat dan kedua yakni melaksanakan ibadah. Menjauhi larangan agama jauh lebih berat daripada melaksanakan ibadah. Karena untuk beribadah siapa pun bisa melakukannya, akan tetapi meninggalkan kesenangan syahwat (dengan tidak bermaksiat) tidak akan bisa melakukannya kecuali orang-orang yang benar-benar jujur kepada Allah swt. Maka, Rasulullah saw. bersabda : اَلْمُهَاجِرُ مَنْ هَاجَرَ السُّوْءَ وَالْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ هَوَاهُ “ Hakikat orang yang berhijrah yakni orang yang meninggalkan keburukan (kemaksiatan) dan hakikat orang yang berjuang (berjihad) yakni orang yang yang memerangi hawa nafsunya. ” Menurut Syech al-Azizi, cara memerangi hawa nafsu yaitu dengan mencegah nafsunya dari mengikuti syahwat dan selalu sabar serta mengutamakan kebaikan. Rasulullah saw. bersabda : “ Orang yang berjuang (berjihad) yakni orang yang bisa melawan dirinya sendiri. ” (HR. Tirmidzi) Maksudnya

3 Golongan Orang Berilmu

Image
Ketahuilah, bahwa bergotong-royong para jago ilmu (santri, ustadz, kyai ataupun kaum intelektual Islam lainnya) di dalam belajar, mengajar maupun membuatkan ilmu agama terbagi menjadi 3 golongan : Pertama, golongan orang-orang yang mencari atau membuatkan ilmu agama dengan niat sebagai bekal menuju akhirat. Mereka tidak bertujuan apa pun kecuali mencari ridha Allah swt. dan kebahagiaan di akhirat. Golongan ini yakni yang paling beruntung di antara golongan yang lain. Kedua, golongan orang-orang yang mencari atau membuatkan ilmu agama sebagai alat meraih kesenangan duniawi, mendapat kemuliaan (dunia), kebanggaan insan serta untuk mendapat kedudukan (jabatan), harta dan kemewahan. Namun, terkadang mereka sempat memperbaiki dirinya (bertobat) dan mengubah niatnya. Ketiga, golongan orang-orang yang mencari atau membuatkan ilmu agama dengan niat menumpuk-numpuk harta benda, menyombongkan diri dan mengejar kedudukan (pangkat/status sosial). Mereka merasa paling hebat sebab banyak

Karomah Kyai Asy’Ari (Kyai Guru Kaliwungu)

Image
Pada suatu hari, Kyai Asy’ari pergi ke sebuah kebun untuk memetik buah kelapa. Setelah hingga di kebun, kemudian dia melihat ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada orang yang melihatnya, kemudian dia pun memanggil pohon kelapa yang akan dipetik buahnya itu. Dengan izin Allah, pohon kelapa itu pun melengkung mendekat ke arah beliau. Maka, dia pun dengan gampang memetik beberapa buah kelapa yang berada di dekatnya tanpa memanjat pohonnya. Tak disangka, ada salah satu santri dia yang berjulukan Anwaruddin (KH. Anwaruddin Kriyani, Kriyan, Cirebon) yang melihat insiden itu. Dan dia juga mengetahui keberadaan santrinya itu ketika insiden itu terjadi. Beliau pun memanggil santrinya itu dan berkata, “ Kamu boleh tahu insiden tadi, tetapi jangan kau ceritakan kepada orang lain sebelum saya meninggal dunia ”. Lalu santrinya pun menjawab sambil menganggukan kepala, “ Nggeh kyai ”. KH. Anwaruddin Kriyani atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Buyut Kriyan ialah salah satu Pengasu

Karomah Ibunda Syech Nawawi Al-Bantani

Image
Syech Nawawi lahir dengan nama Abu Abdul Mu’ti Muhammad Nawawi bin Umar. Ulama besar ini hidup dalam tradisi keagamaan yang sangat kuat. Lahir di Kampung Tanara, sebuah desa kecil di kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Propinsi Banten (Sekarang di Kampung Pesisir, Desa Pedaleman Kecamatan Tanara depan Masjid Jami’ Syech Nawawi al-Bantani) pada tahun 1230 H atau 1813 M. Ayahnya berjulukan Kyai Umar, seorang pejabat penghulu yang menjadi ketua ta’mir Masjid. Sedangkan Ibunya berjulukan Nyai Zubaedah. Dari silsilahnya, Syech Nawawi merupakan keturunan Kasultanan yang ke-12 dari Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati, Cirebon), adalah keturunan dari putra Maulana Hasanuddin (Sultan Banten I) yang berjulukan Sunya Raras (Tajul ‘Arsy), yang makamnya hanya berjarak 500 meter dari bekas kediaman dia di Tanara. Nasabnya bersambung dengan Nabi Muhammad saw. melalui Imam Ja’far Ash-Shadiq - Imam Muhammad Al-Baqir - Imam Ali Zainal Abidin - Sayyidina Husein – Sayyidah Fatimah Az-Zah